Selasa, 08 Desember 2015

Dasar Kepercayaan Agama Hindu

Untuk mejadi suatu keyakinan dasarnya adalah kepercayaan. Dari kepercayaan ini timbul rasa ingin tau dan belajar lebih sehingga apa yang dipercayai itu bisa diterima dengan logis sehingga menjadi suatu keyakinan. Dalam Agama Hindu terdapat 5 dasar kepercayaan yang disebut sebagai Panca Sradha. Dari lima kepercayaan ini sehingga memunculkan berbagai materi pengetahuan yang akhirnya menjadi pedoman hidup umat Hindu dalam melaksanakan keseharian dalam hal berkeTuhanan dan bergaul dengan sesamanya serta alam. Kelima dasar kepercayaan atau disebut sebagai Panca Srada itu adalah :

  1. Percaya dengan adanya Brahman
  2. Percaya dengan adanya Atman
  3. Percaya dengan adanya Karma Phala
  4. Percaya dengan adanya Punarbhawa
  5. Percaya dengan adanya Moksa
1. Percaya dengan adanya Brahman

Brahman adalah jiwa Maha Tunggal/Maha Besar/Maha Tau dan Maha Sempurna sesempurna-purnanya serta menguasai segalanya atau kita sebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Waca. Dalam hal ini kenapa kita hanya percaya dengan Brahman, kenapa tidak ditulis percaya dengan adanya Brahman dan Para Dewa Dewi? Jawabannya karena agama Hindu bukan penganut paham politeisme melainkan yang lebih universal yaitu Panteisme. Para Dewa dan Dewi hanyalah manifestasi dari Tuhan berdasarkan fungsinya karena hal yang terpenting di dunia ini adalah fungsi dan tugas. Tidak ada seorangpun atau benda apapun di dunia ini yang tidak mempunyai fungsi/tugas. Maka dari itu Tuhan mengajarkan kita bahwa fungsi itu penting melalui diciptakannya para Dewa dan Dewi. 

Dengan adanya dasar kepercayaan kepada Brahman/Tuhan Yang Maha Esa, maka timbul banyak konsep baru/keinginan diantaranya :
  • Keinginan untuk mengetahui bahwa Tuhan itu memang ada yang disebut sebagai Tri Pramana diataranya Anumana, Pratyaksa dan Agama.
  • Rasa memiliki hutang kepada Beliau yang telah menciptakan manusia atau disebut Tri Rna (hutang kepada Tuhan, hutang kepada orang tua, hutang kepada guru yang telah mengajarkan kita).
  • Keinginan untuk melakukan pengorbanan yang disebut Panca Yadnya.
  • dan lain-lain yang akhirnya menciptakan konsep baru lainnya.
Jadi pada dasarnya agama Hindu tidak pernah mengajarkan bahwa kita hanya harus percaya Dewa dan Dewi melainkan kepada Brahman/Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi beliau sebagai Dewa Dewi. Hanya saja karena dasar pikiran manusia yang masih lemah sehingga sulit untuk menggambarkan bagaimana sebenarnya Brahman tersebut. Maka salah satu cara untuk menghubungkan manusia dengan Brahman adalah melalui penyembahan para Dewa dan Dewi. Berbeda halnya untuk orang yang sudah mempunyai kesadaran tinggi atau sudah memperoleh pencerahan maka tidak akan sulit untuk menghubungkan diri dengan Brahman Sang Pencipta.

2. Percaya dengan adanya Atman

Atman adalah jiwa/roh/badan suksma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan Yang Maha Esa/Brahman sebagai sumber dari segala kehidupan. Itulah sebabnya mengapa sifat-sifat atman sama dengan sifat-sifat Brahman. Hanya saja karena atman adalah merupakan percikan terkecil (atom) maka atman tidak memiliki sifat keesaan seperti yang dimiliki oleh Tuhan. Karena atman inilah semua mahluk hidup di alam semesta bisa hidup. Atman ini kemudian diberi badan kasar (Stula Sarira) sehingga tubuh bisa hidup dan bisa dilihat/dirasa/diraba. Sedangkan para Dewa yang memiliki persentasi keesaan lebih tinggi dibandingkan dengan manusia diberikan badan halus (Suksma Sarira), sedangkan atman itu sendiri sering disebut sebagai Antakarana Sarira. Karena sudah diberikan badan kasar maka atman yang sudah berwujud manusia atau mahluk hidup lainnya, akan mulai harus melalukan rutinitas sebagaimana kehidupan itu misalnya makan, minum, bekerja, olah raga, rekreasi, dan segala aktivitas duniawi lainnya hanya untuk memberikan makanan kepada badan kasar tersebut. 

Kemudian apakah atman itu juga harus diberi makan? Jawabannya iya, tetapi bukan makanan dalam bentuk lahiriah dan materi. Makanan atman adalah sesuatu yang bisa membuat mereka menyatu kembali dengan keEsaan Tuhan dalam bentuk pengendalian diri. Dalam hal ini disebut dengan Panca Yama Brata (pengendalian diri dalam sikap) dan Panca Nyama Brata (pengendalian diri dalam mental) yang masing-masing terdiri dari 5 bagian.

     Panca Yama Brata diantaranya :
  • Ahimsa, artinya tidak membunuh, tidak menyakiti, tidak melukai baik melalui pikiran, perbuatan maupun perkataan
  • Brahmacari, artinya menuntut ilmu sebaik-baiknya khususnya dalam hal pendekatan kepada Tuhan. Masa brahmacari ini bukan hanya dilakukan pada saat masih sekolah saja tetapi masih harus tetap dilakukan sampai akhir hayat karena ilmu pengetahuan itu tidak akan pernah habis.
  • Satya, artinya kesetiaan terhadap apapun yang dilakukan. Satya ini terbagi menjadi 5 yang disebut Panca satya diantaranya satya wacana, satya herdaya, satya laksana, satya mitra, satya samaya.
  • Awyawahara/Awyawaharika, yaitu tidak terikat dengan ketentuan/ikatan keduniawian yang bersifat materi. Dalam hal ini kita diajarkan tentang keserhanaan yaitu tidak bergaya hidup mewah, tidak suka berfoya-foya, tidak sombong dan tidak suka pamer.
  • Asteya artinya tidak mencuri atau mengambil milik orang lain. Segala sesuatu yang sudah menjadi milik seseorang adalah milik dia sendiri. Tidak pantas seseorang mengambil secara paksa ataupun sembunyi-sembunyi apa yang sudah menjadi milik orang lain.
Disamping Panca Yama Brata ini ada juga yang disebut dengan Panca Nyama Brata yang merupakan pengendalian diri tingkat lanjut yang diantaranya :

  • Akroda, artinya tidak marah/tidak mempunyai sifat marah. Sifat marah lebih banyak mengakibatkan hal yang buruk dibanding hal yang baik. 
  • Guru Susrusa, artinya hormat dan bakti terhadap guru. Dalam hal ini bukan artinya hanya hormat kepada guru pengajar di sekolah tetapi hormat kepada Catur Guru.
  • Sauca, artinya kesucian lahir dan bathin. Dalam silakrama disebutkan bahwa tubuh dibersihkan dengan air, jiwa dibersihkan dengan ilmu dan tapa bratha, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.
  • Aharalagawa, artinya makan yang serba ringan atau tidak rakus. Makan yang berlebihan tidak akan baik pada tubuh karena akan menyebabkan tubuh sakit dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kejiwaan. Maka ada semboyan "dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat".
  • Apramada, artinya tidak bersifat inkar terhadap kewajiban. Setiap manusia lahir ke dunia pastilah mempunyai maksud dan fungsi/tugas tertentu. Dengan demikian melakukan kewajiban dengan tulus wajib dilakukan.
Setiap mahluk hidup pasti mempunyai atman tetapi tidak sama karena tingkatannya berbeda dari mahluk terendah sampai ke manusia yang merupakan mahluk tertinggi. Atman pada setiap mahluk hidup mempunyai istilah yang berbeda diantaranya Jiwatman (atman pada manusia), Janggama (atma pada binatang) dan Sthawana (atma pada tumbuhan)

3. Percaya dengan adanya hukum Karma Phala

Karma Phala artinya hasil dari perbuatan yang dilakukan. Apapun yang sudah dilakukan baik melalui perkataan, perbuatan dan pikiran, suatu saat pasti akan mendapat imbalannya. Baik perbuatan yang dilakukan maka baik pula pahala yang didapat dan begitu pula dengan sebaliknya. Tidak ada di dunia ini yang bisa lepas dari hukum ini. Dalam menjalani kehidupan banyak orang beranggapan setiap perbuatan itu tidak akan mempengaruhi pahala yang dia dapat. Maksudnya kalau dia sudah melakukan lebih banyak perbuatan baik ketimbang perbuatan tidak baik maka nantinya dia pasti akan memperoleh hasil yang baik. Namun tidak demikian adanya, karena setiap detail perbuatan kita pasti akan memperoleh ganjarannya. Misalnya dalam kehidupan seseorang 80% melakukan kebaikan dan sisanya adalah perbuatan yang tidak baik. Maka sisa yang 20% dari perbuatanya pastilah tetap akan mendapat imbalan yang tidak baik juga. Tidak ada istilah "Pemutihan Pahala" yang artinya perbuatannya yang tidak baik akan diabaikan karena sudah melakukan lebih banyak kebaikan. Itulah hukum sebab akibat yang tidak akan bisa lepas dan tidak akan bisa dihindari.

Dalam agama Hindu, hukum sebab akibat atau Karma Phala ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

  1. Sancita Karma Phala, artinya perbuatan di masa lampau atau kehidupan terdahulu maka hasilnya akan kita terima pada kehidupan sekarang.
  2. Prarabda Karma Phala, artinya perbuatan kita saat ini maka hasilnya akan kita dapat pada saat ini juga.
  3. Kryamana Karma Phala, artinya perbuatan kita di saat ini maka hasilnya akan kita terima pada kehidupan yang akan datang. Dalam hal ini yang akhirnya menyebabkan terjadinya Reinkarnasi/Punarbhawa.
Akibat dari hukum Karma Phala ini akan memperoleh tujuan yang berbeda yaitu apakah orang tersebut akan mengalami reinkarnasi/kelahiran kembali atau bisa mencapai tujuan terakhir yaitu Moksa. Maka dari itu prilaku sangatlah penting demi mencapai tujuan yang lebih baik.

4. Percaya dengan adanya Punarbhawa

Punarbhawa artinya lahir kembali ke dunia atau bereinkarnasi. Punarbhawa ini adalah akibat dari hukum karma phala yang sudah diberlakukan sebelumnya. Seseorang mengalami kelahiran kembali karena belum bisa mencapai pengendalian diri yang baik sehingga harus dilakukan pembenahan lagi sehingga menjadi lebih sempurna. 

Banyak pertanyaan sering saya dengar, kalau memang punarbhawa ini benar adanya, kenapa jumlah manusia bertambah sedangkan dosa mereka sebenarnya juga bertambah. Jadi banyak yang beranggapan bahwa Punarbhawa itu tidak mungkin karena kalau bertambah terus, lalu siapa itu yang lahir kembali?
Dalam hal ini banyak orang gelap mata bahwa mereka hanya hidup dalam kelompoknya saja. Tidak memikirkan bahwa ada mahluk hidup lain selain manusia yang mempunyai atman juga yaitu binatang dan tumbuhan. Secara kasat mata untuk saat ini kita sudah bisa melihat bagaimana populasi binatang maupun tumbuhan yang sudah berkurang dari belahan dunia. Lalu kemana perginya mereka (binatang & tumbuhan) yang sudah mati tersebut? Apakah kita hanya melihat bagian kasarnya saja bahwa binatang yang mati itu sudah menjadi santapan manusia dan tumbuhan yang ditebang itu sudah menjadi rumah bagi manusia? Padahal sudah jelas dalam agama Hindu bahwa mereka juga memiliki jiwa. Maka dari itu jiwa merekalah lahir kembali menjadi mahluk yang lebih tinggi yaitu manusia. 
Apakah benar binatang bisa lahir menjadi manusia? Jawabannya adalah bisa. Binatang bahkan bisa mempunyai jumlah dosa yang jauh lebih sedikit dibanding manusia maka wajar mereka bisa mencapai kehidupan yang lebih tinggi yaitu terlahir kembali sebagai manusia. Dan bahkan malah sebaliknya kebanyakan manusia bisa saja terlahir kembali menjadi mahluk yang lebih rendah karena banyaknya dosa yang mereka perbuat.

5. Percaya dengan adanya Moksa

Moksa artinya kebebasan yang kekal dan tiada akhir dimana atman bisa bersatu kembali dengan Sang Pencipta/Brahman/Ida Sang Hyang Widi dan merupakan tujuan terakhir. Tidak akan ada lagi kelahiran kembali. Tingkatan moksa ini terbagi dalam 3 golongan yaitu :

  • Moksa, artinya kebebasan yang dicapai seseorang tetapi masih meninggalkan badan kasar.
  • Adi Moksa, artinya kebebasan yang dicapai seseorang tetapi masih meninggalkan sisa berupa abu.
  • Parama Moksa, artinya kebebasan yang dicapai seseorang tanpa meninggalkan bekas.
Apapun jenis moksa yang telah dicapai artinya adalah sama walaupun dia meninggalkan bekas ataupun tanpa bekas karena pada intinya seseorang sudah bisa mencapai kebebasan tertinggi yaitu manunggal dengan Brahman.

Itulah kelima dasar kepercayaan dalam agama Hindu yang menjadi tolak ukur dalam menjalani kehidupan beragama Hindu. Dari kelima Sradha tersebut kenapa tidak ada surga dan neraka? Apakah agama Hindu tidak percaya dengan surga dan neraka? Jawabannya, agama Hindu percaya dengan adanya surga dan neraka tetapi tidak menjadi dasar kepercayaan atau suatu tujuan karena surga dan neraka hanyalah gambaran situasi yang sebenarnya ada di dunia fana ini. Saat kita senang itulah surga dan saat kita susah itulah neraka. Jadi konsepnya sangat berbeda dengan agama lain yang tujuan akhirnya adalah surga dan neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar