Minggu, 09 November 2014

Hindu Menyembah Banyak Dewa

"Hindu menyembah banyak dewa, lalu dewa apakah yang harus saya sembah?"
Setiap dewa mempunyai sifat dan fungsi masing-masing, dan yang paling penting apapun dewa tersebut sebenarnya adalah sama. Tuhan memanifestasikan diri kedalam 3 dewa yang disebut Tri Murti sebagai dewa utama. Dari Tri Murti masing-masing menciptakan dewa lainnya untuk membantu mengatur roda dunia agar tetap terkendali dan berjalan sebagaimana mestinya.

Menyembah salah satu Tri Murti artinya menyembah seluruh Tri Murti, jadi tidak masalah kalau kita mengagumi salah satu bentuk dari Beliau karena pada dasarnya adalah sama. Dan menyembah Tri Murti artinya sama dengan menyembah Brahman/Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi yang utama.

Bagaimana kalau kita menyembah salah satu dewa yang bukan merupakan dewa utama?
Hal ini juga pada akhirnya juga sama. Seperti contoh kita adalah seorang nelayan, yang pastinya  memohon kepada Sang Hyang Baruna yang artinya sama dengan menyembah Dewa Wisnu sebagai penguasa lautan. Sebagai pelajar kita memohon kepada Dewi Saraswati yang artinya kita juga memohon kepada Dewa Brahma, atau kita memohon perlindungan kepada Sri Ganesha yang artinya kita memohon kepada Dewa Siwa, yang mana pada akhirnya kita akan tetap memohon kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi. Dalam Bhagawad Gita disebutkan :

"Orang yang menyembah para dewa sebenarnya adalah menyembahKu hanya saja mereka melakukannya dengan cara yang keliru."

Perbedaanya terletak pada anugrah yang didapat. Tuhan sama sekali tidak mengharapkan imbalan apapun ataupun memberikan imbalan. Tuhan hanya menerima siapapun yang sudah bisa melepaskan diri dari keinginan ataupun ikatan apapun dan akhirnya bisa bersatu dengan Beliau. Jadi kalau kita memohon sesuatu yang akan memberikan anugrah adalah para Dewa karena fungsi dari dewa selain mengatur roda kehidupan tetapi memberikan anugrah. Seperti yang dikutip dalam Bhagawad Gita sebagai berikut :

"Orang yang menyembah para dewa akan hidup di dunia para dewa, sedangkan orang yang menyembahKu akan mencapai duniaKu"

Maksud dari sloka di atas adalah karena manusia masih memiliki keinginan sehingga cenderung memohon kepada dewa agar diberikan anugrah, sehingga mereka belum bisa terbebas dari belenggu duniawi. Jadi intinya hendaknya kita harus bisa membebaskan diri dan memuja kebesaran Tuhan tanpa memohon atau mengharapkan apapun. Segala sesuatu diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada lagi yang perlu disampaikan selain rasa syukur sehingga kita bisa bersatu dengan Beliau.

Jadi dapat disimpulkan apapun dewa yang disembah pada intinya sama, yang penting disesuaikan dengan fungsi masing-masing atau tergantung kekaguman kita terhadap salah satu dari Tri Murti. Tetapi hendaknya segala sesuatu harus dilakukan secara tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun apabila tujuannya adalah untuk mencapai moksa (bersatunya atma dengan Tuhan).


Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu

"Agama Hindu adalah agama politheisme yang menyembah banyak Tuhan?". Hal ini sering saya dengar dari saudara beda agama yang mungkin belum mengerti tentang konsep ketuhanan dalam Hindu. Dengan demikian maka sering muncul pemikiran yang cenderung merendahkan karena ketidakjelasan Tuhan mana sebenarnya yang disembah. Padahal sebenarnya Hindu bukanlah agama monotheisme, politheisme, atheisme ataupun lainnya. Konsep agama Hindu adalah Panteisme yaitu agama universal (satu Tuhan untuk semuanya).

Kenapa Agama Hindu disebut Panteisme? Memang terdapat perbedaan dalam proses tata cara penyembahan dan bahkan perbedaan nama Beliau yang disembah sesuai dengan alirannya tetapi sebenarnya mereka tetap menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa dikarenakan Beliau mempunyai banyak gelar seperti yang disebutkan oleh sloka-sloka berikut :

"Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa" yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada Dharma/Tuhan yang lainnya.

"Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadhanti" artinya Tuhan hanya satu, tetapi para resi bijaksana menyebut Beliau dengan banyak nama.

Berbeda dengan monotheisme yang hanya menyembah satu Tuhan, tetapi sayangnya hanya berpihak pada satu kelompok saja, sedangkan kelompok lain adalah kaum musuh yang harus dibasmi. Atau paham politheisme yang jelas-jelas menunjukkan perbedaan dan penyembahan berhala.

Lalu siapakah sebenarnya Tuhan dalam Agama Hindu ?
Tuhan dalam agama Hindu disebut Brahman ("bukan Dewa Brahma") atau di Bali biasa disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang artinya Tuhan yang maha besar dan tahu segalanya. Segala sesuatu tentang Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidak secara gampang bisa kita pahami kecuali kita sudah memiliki hati yang tulus, bijaksana dan tidak memiliki keterikatan terhadap apapun masalah keduniawian dikarenakan sifat-sifat beliau. Sifat-sifat Beliau banyak disebutkan dalam kitab suci. Dalam Weda disebutkan 4 sifat kemahakuasaan dari Tuhan yang disebut Cadu Sakti yang diantaranya :

  1. Wibhu Sakti : Tuhan Maha Ada yang memenuhi dan meresapi seluruh bhuana/dunia dan berada dimana-mana, tidak terpengaruh dan tidak berubah ("Wyapi Wyapaka Nir Wikara") dan tidak ada tempat yang kosong bagi Beliau karena beliau memenuhi segalanya. Beliau ada di dalam dan di luar ciptaan-Nya.
  2. Prabhu Sakti : Tuhan Maha Kuasa yang menjadi raja dari segala raja (Raja Diraja),  yang menguasai segalanya baik dalam hal penciptaan (Utpetti), pemeliharaan (Stiti), dan Pelebur (Prelina). 
  3. Jnana Sakti : Tuhan Maha Tahu yang mengetahui segala sesuatu yang terjadi baik di alam nyata maupun tidak nyata, yang terjadi di masa lampau(Atita), yang sedang terjadi (Nagata), ataupun yang akan terjadi (Wartamana).
  4. Krya Sakti : Tuhan Maha Karya yang setiap saat tidak pernah berhenti melakukan aktifitas baik dalam penciptaan, pemeliharaan, pelebur, pengawasan, penjagaan, sutradara dalam sandiwara kehidupan (demi memberikan pembelajaran dan pengetahuan) dan segala aktifitas lainnya.
Disamping sifat kemahakuasaan di atas, Tuhan/Brahman/Ida Sang Hyang Widhi juga memiliki sifat sebagai berikut seperti yang disebutkan dalam kitab Wrhaspati Tattwa yang disebut sebagai Asta Iswara yang diantaranya :
  1. Anima : Tuhan bagaikan setiap atom yang mempunyai kehalusan yang bahkan lebih halus dari partikel apapun
  2. Lagima : Sifat Tuhan yang sangat ringan bahkan lebih ringan dari ether
  3. Mahima : Dapat memenuhi segala ruang, tidak ada tempat kosong bagi Beliau
  4. Prapti : Segala tempat bisa dicapai,  Beliau dapat pergi kemanapun yang dikehendaki dan Beliau telah ada.
  5. Prakamya : Segala kehendakNya akan selalu terjadi.
  6. Isitwa : Tuhan merajai segala-galanya, dalam segala hal yang paling utama
  7.  Wasitwa : Menguasai dan dapat mengatasi apapun.
  8. Yatrakamawasayitwa : Tidak ada yang dapat menentang kehendakNya.
Adapun sifat-sifat Tuhan yang merupakan sumber dari segala kehidupan (Parama Atma) adalah :
  1. Achintya : tak terpikirkan
  2. Awikara : tak berubah-ubah
  3. Awyakta : tak terlahirkan.
  4. Achodya : tak terlukai oleh senjata
  5. Adhaya : tak terbakar oleh api
  6. Akledya : tak terkeringkan oleh angin
  7. Achesyah : tak terbasahi oleh air
  8. Nitya : kekal abadi
  9. Sarwagatah : ada dimana-mana
  10.  Sthanu : tak berpindah-pindah
  11. Acala : tak bergerak
  12. Sanatana : selalu dalam keadaan sama
  13. Atarjyotih : maha sempurna sesempurna-purnanya.
Dengan adanya sifat-sifat Beliau seperti di atas sangatlah sulit bagi orang awam untuk bisa mengerti dan memahami Tuhan kecuali kita sudah memiliki keyakinan teguh, berusaha untuk memahami dan menghayati keberadaan Beliau, melepaskan semua ikatan terhadap keinginan duniawi, dan memasrahkan sepenuhnya untuk Beliau.

Lalu apakah fungsi Dewa-Dewi? Apakah mereka bukan Tuhan?
Dewa berasal dari kata "Div" yang artinya sinar suci dari Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi. Dewa  adalah belahan dari Tuhan yang mana sebenarnya sama dengan mahluk lainnya termasuk manusia yang merupakan percikan terkecil dari Beliau karena Beliau adalah sumber dari segala kehidupan hanya saja Dewa berbentuk Sarira/roh/atma yang mempunyai sifat dan kemahakuasaan yang hampir sama dengan Tuhan. Diantara nama Dewa-Dewa yang ada hanya ketiga dewa yang mempunyai sifat yang mendekati sama dengan Tuhan diantaranya Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa sehingga ketiga dewa tersebut dijadikan dewa tertinggi dalam agama Hindu yang disebut Tri Murti.

Fungsi para dewa adalah untuk mengatur jalannya roda kehidupan baik dalam penciptaan, perjalanan waktu, dan peleburan serta proses setelah kematian. Mereka juga membantu makluk lainnya termasuk manusia untuk bisa mengerti konsep ketuhanan dan mengatur tatatan hidup manusia. Sehingga secara tidak langsung mereka adalah wakil dari Tuhan yang mengatur segala kehidupan sesuai dengan tugasNya masing-masing dan juga sebagai penghubung antara Tuhan dengan ciptaanNya. Dengan kata lain apabila manusia melakukan persembahan kepada salah satu dewa maka sama artinya mereka menyembah Tuhan dan dewa lainnya karena mereka semua adalah satu tetapi berbeda karena fungsinya. Sama halnya dengan kita sendiri, dengan menjaga diri sendiri dan menghormati orang lain artinya juga kita menjaga dan menghormati Tuhan karena Tuhan juga bersemayam dalam diri manusia.

Jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan besar, Tuhan adalah sebagai pemilik perusahaan dan Tri Murti adalah Owner Representative, Dewa Indra yang merupakan raja dari para dewa adalah sebagai General Manager dan dewa-dewa lainnya sebagai departement head/manager. Dan disini manusia adalah staff yang harus tetap tunduk dan patuh terhadap atasan. Seorang staff sangatlah susah untuk bertemu langsung dengan pemilik perusahaan sehingga mereka harus menggunakan penghubung yaitu atasannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Hindu tidak menganut paham monotheisme, politeisme, atheisme tetapi panteisme yang bersifat universal sehingga Hindu bisa menyatu dengan unsur daerah manapun tanpa adanya perselisihan sehingga penyebaran agama Hindu tidak pernah sekalipun dilakukan melalui kekerasan. Hindu tetap menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi hanya saja karena sifat dan kemahakuasaan Beliau sangat sulit untuk bisa dipahami akal manusia yang masih sangat terbatas sehingga manusia lebih cenderung untuk menyembah Dewa-Dewa yang sebenarnya sama artinya dengan dengan menyembah Tuhan.

Konsep Ketuhanan Agama Hindu Bagian 2 - Saguna dan Nirguna Brahman

Senin, 15 September 2014

Agama Diibaratkan Sebagai Orang Tua

Berbicara tentang agama adalah sesuatu yang sangat sensitif, karena jika ada salah satu pihak yang merasa sakit hati karena pihak lain akan mengakibatkan pemberontakan yang akan berakibat fatal. Agama merupakan pedoman dan tuntunan dalam menjalankan kehidupan. Jadi dalam situasi apapun dalam tingkah lakunya selalu berasaskan pada ajaran agama.

Manusia lahir, hidup dan mati dari Agama, karena itu agama bisa dikatakan sama seperti orang tua. Orang tua yang melahirkan anaknya, kemudian memberikan tuntunan sampai dia bisa hidup sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Disebutkan lahir dari agama karena setiap manusia yang percaya akan kebesaran Tuhan akan memeluk suatu agama yang sangat diyakininya. Walaupun kita terlahir dari orang tua, tetapi tanpa adanya kebesaran dari Tuhan YME, manusia tidak akan bisa tercipta. Setelah kelahirannya, manusia akan dituntun dengan ajaran-ajaran sebagaimana tertera dalam kitab sucinya. Jadi bisa dilihat, suatu ajaran agama yang memang mengandung unsur kebenaran pasti dapat dilihat dari tingkah laku pengikutnya. Apapun yang diajarkan orang tua kepada anaknya pasti akan tetap melekat dan tetap dilakukannya karena sudah terdoktrin seperti yang diajarkan, Begitu pula dengan agama, apapun yang diajarkan dalam kitab suci, pasti akan tetap melekat yang tentunya akan menentukan masa depan tingkah laku manusia apakah akan selalu menjunjung kebenaran atau melakukan kebiadaban.

Seorang anak yang mempunyai orang tua yang berbudi luhur pastinya mempunyai anak yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang keji, anaknya pasti akan mengikuti orang tuanya yang berbuat keji pula. Orang tua dalam hal ini bukan dalam arti sempit yang hanya berarti yang melahirkan kita, tetapi orang yang mengasuh dan memelihara kita juga disebut orang tua. Begitupun dengan agama. Suatu agama yang mengajarkan Darma (kebenaran) pasti akan membuat manusianya menjadi berbudi luhur dan baik hati. Tetapi kalau dalam agama sudah mengajarkan kekerasan dan dendam, menghasilkan manusia yang beringas, keji, pemberontak.

Seorang anak yang terlahir dari orang tua mempunyai hutang kepada orang tua yang melahirkannya. Dengan demikian seorang anak wajib untuk mengikuti semua aturan dan perintah orang tua. Agama pun demikian. Manusia juga mempunyai hutang kepada Tuhan yang telah menciptakannya berserta dengan alam semesta. Sehingga manusia wajib untuk memuja Tuhan dengan berbagai pengorbanan yang memang layak untuk dilakukan.

Kita tidak bisa memilih orang tua sesuka kita karena bagaimanapun seorang anak pasti terlahir dari orang tua. Berbeda dengan agama yang memang akan dipilih oleh seorang manusia apabila sudah sesuai dengan keyakinannya. Dalam hal ini, kebijakan dalam memilih suatu ajaran yang memang murni dan mengandung kebenaran serta bisa dijadikan panutan sangat diperlukan.

Rabu, 26 Februari 2014

Makna Cerita "MAHA BHARATA" di Kehidupan Saat Ini

Maha Bharata adalah sebuah kisah yang ditulis oleh Bhagawan Byasa atau Maharesi Wyasa yang mengisahkan kehidupan Pandawa dengan Korawa sedari kecil sampai dewasa dan akhirnya timbul perselisihan yang mengakibatkan terjadinya pertempuran antara kedua belah pihak. Padahal sebenarnya mereka adalah saudara sedarah yang seharusnya hidup rukun satu sama lain tetapi malah terlibat perang. Dalam pertempuran ini, masing-masing pihak berperang demi mempertahankan kehormatan, tahta dan juga menuntut keadilan.

Sama halnya dengan kehidupan saat ini, dimana masih saja ada saudara satu darah apakah itu sepupu atau bahkan saudara kandung yang terlibat permusuhan. Biasanya yang menjadi akar permasalah yang paling populer adalah hak tentang warisan, dimana kalau sudah menyangkut masalah ini, seseorang bagaikan sudah kehilangan akal sehat dan tidak akan mengenali mana saudara dan mana lawan. Sehingga timbullah sifat iri hati dari satu pihak yang merasa tidak mendapat keadilan.

Disamping karena masalah warisan, sifat iri hati tersebut timbul karena ketidak senangan apabila melihat saudara lain yang sukses, maka mulailah timbul pikiran-pikiran kotor yang akan menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan orang lain yang bahkan bisa berakibat fatal bagi yang dijatuhkan.

Sungguh sangat disayangkan apabila hal tersebut bisa terjadi. Bagaimana kita sebagai saudara yang seharusnya saling membantu dan saling mendukung bisa saling adu jotos satu sama lain. Tetapi walaupun demikian Tuhan tidak akan pernah tinggal diam. Sama halnya dalam cerita Maha Bharata dimana Sri Krisna yang merupakan perwujudan dari Tuhan YME hadir untuk membantu pihak Pandawa. Seperti kita ketahui bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Korawa bertolak belakang dengan sifat yang dimiliki oleh Pandawa. Pihak korawa memiliki sifat angkuh, rakus, sombong, iri hati. Berbeda dengan Pandawa yang memiliki sifat lembut, hormat dan patuh, suka menolong dan selalu menjalankan Dharma sehingga Tuhan pun akan berada di pihak mereka yang pada akhirnya kemenangan bisa diraih.

Dengan demikian bisa disimpulkan walaupun seandainya kita berada dalam situasi yang sama seperti dalam cerita Maha Bharata tersebut, hendaknya kita tetap memegang teguh kebenaran (dharma) dan bukannya selalu merasa diri benar. Karena dalam situasi tersebut Tuhan akan selalu membantu umatnya yang berada dalam posisi tertindas tetapi masih memegang teguh kebenaran.

Walaupun demikian hendaknya kita harus tetap berusaha memegang teguh persaudaraan agar tidak terjadi perselisihan. Maka dari itu sangat diperlukan sikap saling mengerti dan menghormati satu sama lain. Bukankah kita akan merasa lebih nyaman apabila memiliki saudara yang rukun daripada memiliki saudara yang menjadi musuh.