Sabtu, 12 Desember 2009

Pelaksanaan Yadnya ditengah masyarakat Hindu saat ini

Kata Yadnya pasti sudah sangat dikenal oleh masyarakat Hindu yang lebih dikenal dengan Panca Yadnya yaitu :

1. Dewa Yadnya
2. Rsi Yadnya
3. Pitra Yadnya
4. Manusa Yadnya
5. Bhuta Yadnya

Dimana dalam keseharian kita tidak bisa lepas dari yadnya terutama Dewa Yadnya. Melakukan sembahyang Tri Sandhya sebanyak tiga kali merupakan Dewa Yadnya yang utama dan paling gampang sebenarnya dilakukan. Akan tetapi kenyataannya orang-orang terkadang enggan untuk cuma duduk sejenak sambil mengucapkan 6 bait mantra dikarenakan kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Sehingga muncullah pemikiran Agama Hindu memperbolehkan untuk bersembahyang walau cuma sekali tetapi wajib dilakukan setiap hari. Dan ternyata itupun sangat sulit dilakukan.
Purnama, tilem dan piodalan sering dijadikan sebagai ajang untuk menyembah kebesaran Tuhan, akan tetapi hal tersebut juga takkan ada artinya jika kesehariannya dilakukan dengan melakukan hal-hal yang tidak baik.

Agama Hindu tidak pernah mengikat umatnya untuk mewajibkan melakukan sesuatu tetapi hanya menyarankan untuk melakukannya, dan alangkah baiknya jika itu bisa dilaksanakan sebaik-baiknya dalam keseharian.

Pelaksanaan Yadnya yang besar-besaran sungguh akan membuat Para Dewa akan bangga akan tetapi jika dilaksanakan dengan penuh hikmat tanpa rasa pamrih dan rasa terbebani. Anda bisa pikirkan betapa malunya jika kita melakukan yadnya tetapi atas dasar ingin dipuji oleh oleh orang lain, sedangkan pada akhirnya kita yang akan kewalahan akibat dari pengeluaran yang berlebihan yang diluar dengan kemampuan kita. Kita mendapat pujian dari orang lain tetapi Tuhan yang bernaung di dalam diri kita merasa menderita.

Sering terjadi demikian, orang melakukan yadnya hanya berdasar atas gengsi semata, tanpa melihat pokok tujuan dari beryadnya, yang penting terlihat hebat dimata orang lain. Maka dari itu perlu kita perbaiki bagaimana cara melakukan yadnya yang benar, yang sesuai dengan kemampuan sehingga agama Hindu juga memberikan kebebasan umatnya untuk beryadnya sesuai dengan kemampuan yang dibagi menjadi :

1. Nista
2. Madya
3. Utama

Ketiga pelaksaan yadnya itu ditentukan oleh upakara yang dipakai dimana ketiganya sebenarnya mempunyai arti yang sama hanya dibedakan oleh besar kecilnya upakara. Jadi umat Hindu yang kemampuan finansialnya dikategorikan masih kurang, masih bisa melakukan yadnya tanpa harus membebani dirinya.

Untuk itu perlu diingat, gengsi itu tidak ada gunanya karena semua yang kita berikan kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi adalah Beliau yang menentukan nilai besar kecilnya yadnya yang kita berikan, bukan ditentukan besar kecilnya upakara tetapi ditentukan kuat lemahnya iman dan taqwa kita kepada Tuhan.

Kamis, 16 Juli 2009

Siapakah yang kita sembah?

Umat hindu menyembah patung?Mungkin itu selalu terlintas di benak saudara-saudara yang belum memahami hindu itu seperti apa.Wajar jika ada yang beranggapan bahwa untuk apa sebenarnya patung disembah.

Kecintaan umat hindu terhadap Tuhan melebihi kecintaan terhadap apapun bahkan terhadap dirinya sendiri. Karena itu mereka rela melakukan apapun demi menunjukkan rasa bakti disamping untuk memohon keselamatan dan ampunan.

Karena rasa cinta inilah ada rasa ingin bertemu dan selalu dekat dengan penciptanya. Maka dibuatkanlah simbol yang merupakan wujud kecintaan manusia terhadap Ida Sang Hyang Widhi yang tak lain adalah berupa patung.

Bagaimana sebenarnya bentuk/wujud Tuhan itu? Tidak satupun orang yang tau. Maka dari itu dibuatkanlah wujud yang ditampilkan dalam bentuk kesenian dan digambarkan sesuai dengan yang tertera di buku suci Weda.

Jadi patung adalah wujud semu Tuhan dimana karena saking cinta dan rindunya manusia untuk bertemu. Seperti sifat-sifat Tuhan yang salah satunya tidak berwujud maka manusia bebas menggambarkan Tuhan dalam wujud apapun yang dianggapnya suci. Maka kebanyakan dibuatkan wujud Tuhan sesuai dengan tugasNya masing-masing.

Bukan hanya Hindu saja yang mempunyai simbol Tuhan, bahkan agama lainpun punya. Seperti agama Budha dengan patung Budhanya, dan agama Kristen dengan salib dan patung Yesus Kristus.

Sabtu, 03 Januari 2009

Benarkah Sorga dan Neraka itu ada??

Disebutkan bahwa, sorga berarti tempat dimana atma-atma (orang yang sudah meninggal) mendapatkan kebahagiaan, sedangkan neraka adalah tempat atma mendapatkan hukuman. Sekilas kita berfikir bahwa ada suatu tempat dengan dimensi yang berbeda yang terdiri dari 2 tempat, yang nantinya kita akan mendapat perlakuan atas karma yang telah kita perbuat sebelumnya. Jika kita selalu berbuat kebaikan maka kita akan masuk sorga dan akan mendapatkan kebahagiaan abadi, sedangkan jika kita selalu berbuat kejahatan, maka hukuman akan menanti di neraka untuk kita jalani.

Jika kita berfikir lebih lagi, apakah orang yang sudah menjalani hukuman, tidak akan terbebas dari jerat hukum lagi? Seperti halnya di pengadilan, seorang penjahat yang sudah dijatuhi hukuman dan dipenjara, setelah selesai menjalani hukuman berarti orang tersebut sudah terbebas dari jerat hukum dan tidak akan ada hubungan lagi sampai dia melakukan kejahatan lain yang nantinya akan diberikan lagi kepadanya.

Lalu apa hubungannya?
Setiap karma yang dilakukan seseorang pasti akan mendapat hasilnya atau dalam agama Hindu dikenal sebagai karma phala. Baik karma yang dilakukan maka baik pula pahala yang diterima dan begitu pula sebaliknya. Jika kita hubungkan dengan sorga dan neraka, seseorang yang sudah mendapatkan pahalanya di 2 tempat tersebut (entah sorga atau neraka), apakah semua dosanya akan terhapus??
Jadi kenapa masih ada orang yang dilahirkan melarat dan ada yang mendapat kemewahan sedangkan mereka sama-sama tidak mempunyai dosa.

Dalam agama Hindu kita mengenal Karma Phala yang dibagi menjadi 3 macam yaitu sancita, prarabda, dan kriyamana. Mungkin di kehidupan ini kita mendapat kebahagiaan atau kesengsaraan sebagai akibat dari perbuatan kita sebelumnya. Dan dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia yang dilahirkan di dunia ini atas dasar karma phala yang masih melekat pada diri manusia itu sendiri yang akan menentukan bagaimana kehidupannya.

Sehingga dengan demikian menurut pendapat saya, sorga dan neraka adalah suatu tempat imajiner yang sesungguhnya ada di dunia fana ini yang menggambarkan kehidupan manusia sebagai akibat dari hasil perbuatannya sebelumnya.

Dalam dunia nyata kita melihat orang lain hidup dalam kemewahan dan kesenangan tanpa adanya kekurangan apapun yang arti sebenarnya mereka adalah orang-orang yang sedang berada di sorga. Sedangkan jika kita melihat orang lain yang melarat, hidup selalu kekurangan, yang sebenarnya mereka sedang berada di neraka.

Bagaimana seandainya, adakah orang yang sedang menikmati sorga tetapi dia masih kekurangan? jawabannya ada. contoh: sebuah keluarga yang miskin tetapi memiliki putra dan putri yang patuh kepada orang tuanya, rajin, suka menolong dan tidak pernah membantah satu kali pun kepada orang tuanya. Sebenarnya itu adalah kehidupan sorga yang mungkin karena ada karma yang masih kurang sehingga membuat mereka hidup dalam kemiskinan.
Lalu adakah orang yang sedang menikmati neraka tapi hidup dalam kemewahan? jawabannya juga ada. Sebagai contoh : sebuah keluarga yang mempunyai harta yang melimpah tetapi tidak dikaruniai putra atau putri, atau memiliki putra yang selalu membantah (alpaka) dan membuat sakit hati orang tua atau orang lain. Dan sebenarnyalah mereka berada dalam kehidupan neraka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sorga dan neraka itu ada dan bahkan dapat dilihat dalam kehidupan nyata, sehingga anda bisa tahu sebenarnya anda sedang berada di sorga atau di neraka untuk saat ini.

Jadi untuk mereka yang hidup dalam kekurangan, janganlah berkecil hati karena belum tentu orang yang menikmati kemewahan itu sebenarnya mendapatkan kebahagiaan. Yang mesti dilakukan adalah selalu sujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas semua anugrah yang Beliau berikan. Sekarang tergantung anda sendiri apakah anda ingin berada di kehidupan sorga atau neraka di dunia ini.