Senin, 09 September 2013

Benarkah Tuhan Itu Ada?

Benarkah Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi itu benar-benar ada? Jawabannya pasti akan berbeda sesuai dengan masing-masing individu. Orang yang agamis akan menjawab dengan lantang bahwa Tuhan itu benar adanya dan ada dimana-mana dan semuanya diciptakan oleh Tuhan. Tetapi orang yang Atheis atau komunis akan menjawab berbeda, mereka akan bilang bahwa mahluk tertinggi di dunia ini adalah manusia dan manusialah yang memegang roda kehidupan dunia.

Berdasarkan kasus di atas maka kita lihat dari segi Agama Hindu. Dalam Widhi Tatwa disebutkan ada istilah Tri Pramana yang artinya Tiga jalan/cara/ukuran untuk mengetahui kebenaran sesuatu. Ketiga jalan/cara tersebut antara lain :

1. Pratyaksa Pramana

Artinya jalan untuk mengetahui sesuatu dengan melihat/mendengar/merasakan secara langsung. Dari jalan ini orang sudah tentu tahu tentang kebenaran karena fakta sudah didepan mata sehingga tidak bisa dipungkiri lagi. Jalan ini mungkin tidak semua orang bisa melakukannya karena tidak sembarang orang bisa melihat Tuhan secara langsung. Hanya dengan hati yang suci niscaya kita bisa melihat/mendengar Tuhan. Bagaimana caranya? Dalam kekawin Arjuna Wiwaha disebutkan :

"Sasi wimbha haneng ghata mesi banyu. Ndan asing suci nirmala mesi wulan"

Artinya : Sesuatu yang suci harus dilihat dengan hati yang suci. Bagaikan air dalam tempayang dimana airnya keruh, bayangan bulan tidak akan terlihat. Tetapi dalam air yang bersih bulan akan terlihat jelas.

Setelah satu jalan/cara ini kita lihat, mungkin belum tumbuh keyakinan kita mengenai kebenaran Tuhan karena cara ini sangat sulit untuk dilakukan dan sangat sulit untuk melihat Tuhan secara langsung. Tetapi kita hanya bisa melihat ciptaan Beliau yang tidak mungkin manusia bisa melakukannya.

2. Anumana Pramana

Artinya jalan untuk mengetahui kebenaran dengan berdasarkan logika. Dewasa ini orang sudah banyak menggunakan logikanya jadi saya yakin cara ini pasti bisa dimengerti. Sekarang kita lihat sekeliling kita, pertama dari yang paling dekat yaitu diri kita. Siapakah yang menciptakan kita? Jawabannya sudah tentu orang tua kita. Siapakah yang menciptakan orang tua? Jawabnya kakek dan nenek. Siapakah yang menciptakan kakek nenek? Jawabnya kakek & nenek buyut. Dan jika pertanyaan ini dilanjutkan terus menerus, maka akan ada pertanyaan terakhir yang tidak bisa terjawab. Siapakah yang menciptakan leluhur pertama kita? Nah inilah ada pertanyaan yang harus dijawab di luar nalar kita yaitu ada sesuatu yang diluar batas yang mampu menciptakan manusia.
Kemudian kita lihat contoh lain, Siapakah yang menciptakan Gelora Bung Karno di Jakarta? Sudah tentu jawabannya para arsitek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga bisa dibangun stadion yang megah. Kemudian kalau ada pertanyaan siapakah yang menciptakan bumi, matahari, dan seluruh jagat raya? Dan saya rasa tidak ada satupun arsitek/ilmuwan yang bisa menciptakan alam semesta walaupun dibiayai oleh seluruh penghuni bumi sekalipun. Maka akan timbul lagi persepsi bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuatan yang maha dahsyat yang bisa menciptakan seluruh jagat raya yaitu yang kita sebut sebagai "Tuhan".

Jadi saya rasa cara kedua ini pasti bisa diterima oleh semua orang. Karena antara cara pertama dan kedua ini masih 1:1 antara yakin dan tidak, maka ada cara ketiga yaitu Agama Pramana.

3. Agama Pramana

Yaitu jalan/cara untuk mengetahui kebenaran melalui kitab suci agama yang memang diakui kebenarannya. Kitab suci tersebut harus bisa diterima oleh akal sehat, mampu menuntun manusia menjadi lebih baik, isinya memang benar adanya dan bisa memberikan pengetahuan murni. Karena kitab suci ini memang diciptakan oleh para orang suci (orang yang sudah bisa melakukan cara pertama), maka kita yang belum tahu apa-apa ini hanya bisa membanding-bandingkan apakah benar atau tidaknya wahyu yang diterima oleh orang suci tersebut. Dan kalau memang benar isinya sesuai dengan ciri-ciri kitab suci yang saya sebutkan diatas, berarti itu adalah suatu kebenaran seperti misalnya kitab suci Weda.

Berdasarkan ketiga cara/jalan tersebut, maka dengan pasti kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi itu memang benar-benar ada. Dan kita ini hanyalah segelintir kerikil kotor yang walaupun demikian masih saja tetap diperhatikan oleh Beliau karena Beliau Maha Penyayang. Dimana kita sering menunjukkan ketajaman kita tetapi Beliau masih saja menyayangi kita. Dan kerikil tajam ini saya ibaratkan untuk orang-orang yang tidak percaya dengan Tuhan.

3 komentar:

  1. Agama bukan berdasarkan logika, atau tdk mendahulukan logika, akalau logika bertentangan dengan kitab suci, maka apakah msih memilih logika atau kitab suci??

    BalasHapus
  2. Agama bukan berdasarkan logika, atau tdk mendahulukan logika, akalau logika bertentangan dengan kitab suci, maka apakah msih memilih logika atau kitab suci??

    BalasHapus
  3. Dear Nur Cholik,

    Terima kasih atas komentarnya. Sebenarnya apapun yang kita terima harus dipikirkan dan dicerna dulu keabsahannya sebelum kita menelannya mentah-mentah. Misalnya kita diberi karung yang katanya isinya beras tetapi ternyata isinya ketan hitam yang mana bentuk dan beratnya sama tetapi karena terbungkus kita tidak tau isi didalamnya. Atau didalam kitab suci ada ditulis bahwa 1+1=3, dan kita diminta harus percaya padahal faktanya berbeda.
    Jadi disinilah manusia diberikan kemampuan lebih untuk bisa mencerna sehingga kita bisa menjadi lebih bijak dalam mengatakan bahwa yang benar itu benar yang salah itu salah.
    Sebuah kitab suci yang telah diciptakan ribuan tahun sebelum kita lahir kita ga bakalan tau benar atau salah, maka dari itu diperlukan kebijakan untuk menelaahnya.

    Maka dari itu logika sangatlah penting, jangan takut bilang salah kalau itu salah. Masalah memilih logika atau kitab suci, selama kitab suci itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan tidak ada salahnya kita mengikutinya. Tetapi kalau sudah tidak sesuai apakah kita mau dipaksa untuk mempercayai doktrin yang salah.

    Di sekolah kalau kita diajar oleh seorang guru bodoh yang mana semua ajarannya tidak benar, sehingga kita tidak naik kelas. Terus yang mau disalahkan siapa? Gurunya? Bukan, yang salah muridnya karena mau mempercayai yang salah padahal mungkin si murid tau bahwa itu salah tapi masih memaksa percaya. Sedangkan gurunya sudah benar karena sudah melakukan kewajibannya mengajar walaupun itu salah.

    Saya bukan orang agamis ataupun atheis, agama hanyalah penuntun karena saya percaya dengan Tuhan. Kenapa saya percaya dengan Tuhan? Karena sampai saat ini belum ada satupun ilmu pengetahuan yang bisa membuktikan bagaimana alam semesta bisa ada dari awal. Itu baru hanya bisa dijawab oleh agama dan saya yakin di semua agama pasti ada.

    BalasHapus