Rabu, 23 Maret 2016

Umat Hindu tidak tahu isi Weda

Sebagian besar umat Hindu di Bali pastinya tidak mempunyai kitab Weda (Sruti) bahkan membacanya tidak pernah. Lalu bagaimana umat Hindu bisa mengerti tentang Weda padahal mereka tidak pernah membacanya. Dalam agama Hindu dikenal dengan tiga kerangka dasar agama Hindu yaitu tatwa (filsafat), etika (susila) dan upakara (upacara). Ketiga kerangka dasar ini saling terhubung satu dengan yang lainnya dimana tatwa adalah ilmu pengetahuannya sebagai bahan acuan, etika adalah tingkah laku dalam lingkungan sosial dan upakara adalah tata cara penghormatan kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi.

Dalam kesehariannya umat Hindu memang jarang mempelajari tatwa, tetapi telah mempraktekkan susila dan upacara sesuai dengan di dalam Weda. Jadi secara tidak langsung umat Hindu sudah melakukan apa yang dituliskan dalam Weda hanya mereka tidak tau makna dari hal-hal yang dilakukannya tersebut. Maka ketika ditanya oleh orang yang belum mengenal, dijawabnya "Nak Mule Keto" (memang begitu adanya) seperti orang Bali bilang.

Untuk mempelajari Weda memang tidak segampang kelihatannya. Berbeda dengan kitab suci agama lain yang sudah jelas dalam pemaknaannya, tetapi di dalam Weda sendiri adalah berupa syair-syair atau nyanyian suci dalam bahasa sansekerta. Sehingga tidak semua orang bisa memahami apa sebenarnya arti dari syair yang ada. Kecuali orang tersebut sudah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi dan mengerti tentang alam semesta sehingga kebanyakan dari pembaca Weda adalah dari kalangan orang suci atau maharesi.

Weda berarti pengetahuan. Semua pengetahuan tentang alam semesta ada di dalam Weda. Ibarat buku pelajaran, Weda adalah buku tentang pelajaran matematika, IPS, IPA, PPKN, dll dari kelas 1 SD sampai perguruan tinggi. Sungguh banyak ilmu yang bisa digali dalam Weda. Karena banyaknya ilmu yang tersirat dalam Weda, maka Weda dibagi lagi menjadi beberapa bagian, dan dibagi lagi dan dibagi lagi sampai benar-benar jelas dan mudah dipelajari oleh umat Hindu.

Secara garis besar Weda dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

  1. Weda Sruti, merupakan wahyu yang secara langsung diterima oleh para maharesi (Sapta Resi) yang kemudian disusun menjadi 4 bagian yaitu Reg Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. Weda Sruti inilah yang merupakan Weda yang asli karena langsung diterima dari Brahman/Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi. Ilmu tentang alam semesta ini sangat sulit diterima oleh otak manusia yang terbatas, karena luas alam semesta yang besarnya tak terkira beserta dengan segala rahasianya tidak akan bisa dicerna dengan mudah dan masuk ke dalam otak manusia yang kecil dan dangkal. Maka dari itu dibuatlah penjelasan dari Weda Sruti yang disebut dengan Weda Smerti.
  2. Weda Smerti, merupakan Dharma Sastra yang isinya bersumber dari Weda Sruti atau lebih jelasnya merupakan buku manual/petunjuk/penjelasan yang sumbernya dari Weda Sruti. Hal ini dilakukan untuk mempermudah umat Hindu dalam mempelajari Weda. Secara umum Weda Smerti terdiri dari 2 bagian yaitu kelompok Wedangga dan Upaweda. 
Yang termasuk kelompok Wedangga adalah
  • Siksa (Phonetika/Ilmu olah vokal), tata cara pengucapan mantra serta tekanan suara
  • Wyakarana (Ilmu tata bahasa), yang memudahkan untuk mengerti isi dari Weda Sruti
  • Chanda (Lagu), lantunan nada menjadi sebuah nyanyian sehingga memudahkan dalam membaca dan mengingat mantra-mantra. 
  • Nirukta, memuat penafsiran otentik tentang kata-kata dalam Weda, berisikan sinomim, antonim, dll.
  • Jyotisa (Imu perbintangan/Astronomi), ilmu tentang tata surya, bulan, ruang angkasa.
  • Kalpa, kelompok wedangga terbesar yang terdiri dari Srauta (tata cara pelaksanaan yadnya), GrhyaSutra (yadnya bagi orang yang sudah berumah tangga), Dharma Sutra (peraturan dan ketentuan dalam bernegara), Sulwasutra (ilmu arsitektur dan tata cara pembuatan tempat peribadatan)
Yang termasuk kelompok Upaweda adalah
  • Itihasa, berisikan kisah kepahlawanan dan peperangan Dharma melawan Adharma (kebaikan melawan kejahatan) antara lain Ramayana dan Mahabharata.
  • Purana, kumpulan cerita kuno yang menceritakan awal penciptaan dunia dan silsilah raja-raja di dunia. Salah satu purana yang paling terkenal adalah Bhagavata Purana.
  • Arthasastra, ilmu pemerintahan dalam bernegara dan ilmu politik
  • Ayur Weda, ilmu tentang pengobatan (medis)
  • Gandarwaweda, ilmu tentang seni (musik, sajak, tari)
Berdasarkan cerita dalam Itihasa terutama Mahabharata, menghasilkan kitab suci yang terkenal yaitu Bhagavad Gita yang disusun Bagawan Wyasa. Disamping itu ada pula kitab Sarasamuscaya yang disusun oleh Bagawan Wararuci dan Manawa Dharma Sastra yang kesemuanya masuk ke dalam kelompok Weda Smerti. Dari seluruh kitab yang ada, yang paling banyak dibaca saat ini adalah Bhagavad Gita karena memang sangat mudah untuk dipelajari dan sudah mencakup hampir keseluruhan isi Weda. 

Dengan demikian, hanya dengan mempelajari 1 kitab Smerti saja sebenarnya umat Hindu sudah mengenal isi dari Weda itu sendiri. Disamping itu dari ajaran susila yang merupakan tingkah laku sehari-hari, umat Hindu secara turun temurun sudah diajarkan cara bergerak dan berprilaku seperti yang diajarkan dalam Weda (Misal : Tat Wam Asi, Panca Yadnya, Tri Kaya Parisudha, Tri Hita Karana, Panca Yama & Nyama Bratha, Sad Ripu, dll). Hanya saja ada memang sebagian umat yang tidak mengindahkannya disebabkan karena nafsu duniawinya terlalu tinggi sehingga mereka lupa tentang ajaran turun temurun yang sudah didapatkannya.

2 komentar:

  1. memang kita tidak banyak diajari tentang Weda oleh para orang tua kita namun, prakteknya kita sudah diajari sedari kita masih kecil sudah terlibat atau dilibatkan oleh orang tua untuk belajar mengenal tatwa agama melalui bebantenan, memahami bhakti yoga melalui proses pembuatan bebantenan dengan manah tulus rahayu, sudah diajari Karma Yoga dengan jalan mengasihi sesama umat manusia sehingga kita suku Bali (Hindu) adalah suku yang paling tolerans sehingga toleransi kita dimanfaatkan umat lain untuk bisa menguasai pulau Bali, dlsb......sekarang dengan adanya kemudahan untuk belajar melalui dunia maya (internet) saya berharap generasi muda meluangkan waktunya tuk belajar menggunakan HP nya. segala pengetahuan bisa didapat di internet namun, semoga mereka bisa memilah pengetahuan yg tepat agar mereka bisa berguna bukan hanya untuk keluarganya tetapi untuk masyarakat Hindu, lingkungan maupun negara! matur suksma.

    BalasHapus
  2. ada ayng patut saya syukuri sebagai umat HIndu Bali bahwasanya, walopun seperti yg dituduhkan orang2 agen2 doktrin kelompoknya bahwa uamt HIndu Bali sing nawang tatwa, heheheee...yang saya syukuri adalah bahwasanya, kita umat HIndu Bali masih tetap melakukan praktek atau emngimplementasikan ajaran Weda yang diajarkan secara turun temurun oleh para pengelingsir kita. di India (dimana saya berdomisili), keadaan generasi mudanya jauh lebih parah, selain tidak ada implementasi, secara teori pun tidak paham betul! kemarin malam saya sembahyang dg suami ke Siwa mandri, ada seorang bapak dengan seorang anak nya, ujug-ujug langsung nyerobot berdiri pas di depan saya (saya posisi duduk bersimpuh) tanpa mengindahkan orang duduk dia dan anaknya langsung berdiri begitu saja....saya perhatikan, lantas dia nyentuh arca Nandidni, ada arca kura2. anaknya bertanya, kenapa harus sentuh2 patung, sang ayah berkata, lakukan saja apa yang aku lakukan! kasus semacam itu sangat banyak tyang lihat di India, bahkan pernah melihat seorang ibu2 tengah baya bersama anak gadis yg sudah dewasa yang mengenakan celana pendek (sangat pendek) ke Mandir Maha Lakshmi......poin nya adalah, memang kita jangan membenarkan diri kita dan generasi muda untuk tidak paham akan tatwa, memang sudah seharusnya kita genrasi muda Bali untuk mempelajari tatwa sehingga generasi muda kita bisa lebih kuat akan keyakinanya sehingga tidak gampang pindah hanya karena propaganda palsu iklan pencari langganan. matur suksma!

    BalasHapus